Gratitude and Apology

Hmm.. mungkin untuk Hanmus beberapa tahun belakangan (agak geli rasanya memanggil nama sendiri tapi tidak apa-apa), saya ingin mengucapkan terima kasih sudah berani mencoba banyak hal dan mengambil keputusan dalam hidup.

Waktu SD, Hanmus kecil pernah menjajal banyak kegiatan. Tim olimpiade matematika, karate, sekolah sepakbola, Kumon, lomba cerdas cermat, lomba menulis cerpen, les gitar klasik, ekskul band, sampai lomba tari, semua dicoba. Semua hal itu membentuk diri Hanmus yang di kemudian hari hingga sekarang. Pengalaman di periode tersebut memberikan wawasan yang luas tentang dunia yang kini saya pandang sebagai hutan belantara yang menyeramkan. Keberanian untuk mencoba banyak hal ini ingin saya bangkitkan kembali saat ini, namun dengan lebih terukur dan terarah. Saya selalu berharap jiwa Hanmus kecil kembali menghinggapi diri saya sekarang.

Beranjak ke tingkat di atasnya, Hanmus kecil berani mengambil resiko jauh dari orang tua di umur 12 tahun. Magelang-Jogja memang tidak terlalu jauh. Namun, untuk ukuran anak lulus SD, itu adalah keputusan yang cukup berat. Keberanian mencoba itu juga belum lagi hilang dalam dirinya. Berani fokus di akademik, mengikuti LPM junior, ikut ekskul futsal, tampil nasyid di depan semua angkatan, dan (lagi-lagi) masuk tim olimpiade matematika; keberanian itu masih hadir dengan bentuk yang lebih dewasa. Belum lagi persoalan asrama yang cukup pelik, mengingat periode sebelumnya masih bergantung dengan orang tua.

Hanmus remaja mulai melunturkan keberaniannya di masa kecil. Ia berubah menjadi pribadi yang kerap ragu dengan keputusannya, terlebih keputusan untuk menentukan arah hidup ke depan. Persoalan remaja macam keberanian berekspresi, membuat lingkar pertemanan, bahkan soal ketertarikan dengan perempuan, tidak banyak yang menemui titik keberhasilan. Ketakutan untuk mengambil resiko juga tumbuh karena sudah merasa hebat dan hidup di zona nyaman sebagai ‘anak baik’. Meski pada ujung perjalanan putih abu-abunya tidak sebegitu buruk, ada banyak hal yang ia lewatkan karena terlalu banyak pikir “nanti gimana?”

Selain berterima kasih karena keberanian Hanmus kecil, saya juga ingin meminta maaf telah membuat wujud kepribadian Hanmus remaja. Keresahan, keraguan, dan rasa tidak percaya diri, semua berawal dari Hanmus remaja walaupun wajar, di periode itu proses pendewasaan masih berjalan dan pasti menemui banyak kegagalan. Maka, meski Hanmus remaja adalah bentuk yang saya benci, saya paham ada banyak perubahan positif yang dialami, dan saya harus (kembali) belajar dari itu. Perpaduan Hanmus kecil yang berani ambil resiko dan Hanmus remaja yang terus mendewasa adalah bentuk yang saya impikan pada saat ini dan seterusnya. Keberanian itu membuat saya menikmati segala proses dan langkah yang dijalani pada ranah yang saya inginkan. Di sisi lain, pendewasaan juga membuat saya terhindar dari hal-hal bodoh dan ceroboh dan menjadi lebih matang dalam mengambil satu keputusan krusial. Saya tidak begitu yakin apakah perpaduan ini benar-benar menjadi ‘solusi’. Periode umur yang saya jalani sekarang lekat sekali dengan kegusaran hidup. Tetapi, setidaknya, saya punya pegangan yang berasal dari rangkaian pengalaman hidup yang sudah saya alami. Terakhir, semoga, apa yang sedang terjadi hari ini adalah hal yang akan diucapkan terima kasih oleh Hanmus masa depan. Sekian.

Related posts:

The indoor playgrounds offer children an unbeatable fun time. Indoor soft play areas offer a safe and fun space where kids can socialize. The major attraction of soft play centres in India is that…

GCash is a mobile wallet that allows users to pay for goods and services with their smartphones, making it a popular payment method at online casinos for good reason. We will explore why GCash is…

From the deepest heart, spoken secret words that you don’t hear. The voice was soft which was lost in the dim lights of the night. Waiting for the coming of dawn in the mortal realm. In sleep which…